Kamis, 08 Januari 2009

Pulau Pramuka trip

"Libur tlah tiba, hore... hatiku gembira" begitulah kata Tasya dan juga saya ketika menikmati liburan akhir tahun 2008. Libur panjang akhir tahun tersebut saya gunakan untuk pergi bersama teman-teman saya ke pulau Pramuka di kepulauan Seribu. Rombongan yang saya ikuti, berkumpul dahulu di Halte Citraland Jakarta Barat untuk naik angkot B-01 ke Pasar Muara Angke. Dari pasar muara angke, kita bisa menaiki boat ke pulau Pramuka yang setiap harinya berangkat jam 7 pagi dan kalo tidak salah jam 1 siang dengan tiket seharga 30 ribu. Boat yang kita naiki itu, mirip-mirip kereta jabotabek tapi mengapung di atas air. Dek kapal yang satu ruangan bersama dengan nahkoda sudah disesaki orang, sehingga sisa penumpang naik di atap kapal. Dek bawah dialasi tikar, sehingga kita harus melepas sepatu, jadi sebaiknya membawa kresek untuk menyimpan sepatu di dalam tas.. saking padatnya penumpang, selonjor adalah barang mewah.


Tujuan pertama kapal adalah pulau untung jawa yang memakan waktu perjalanan sekitar 1 jam dengan laut yang tenang. Dari pulau Untung Jawa, boat yang sama menempuh lagi perjalanan selama 1.5 jam ke pulau Pramuka dengan laut yang lebih bergelombang. Ada beberapa penumpang yang dengan sukses mabuk laut, terutama di bawah akrena pengap, sedangkan di atap kapal, penumpang mendapatkan udara dan semilir angin laut, tapi panasnya itu looooooo, ampun!!! entah apa dasarnya, seorang ibu yang asli pulau Kelapa bilang, untuk menghindari mabuk laut, kita harus menjilat air laut. Setelah Pulau Pramuka, boat melanjutkan perjalanan ke p. Kelapa.



Karena koordinator perjalanan kami mewanti-wanti untuk membawa banyak uang cash karena tidak ada ATM dan membawa banyak cemilan, saya membayangkan bahwa pulau Pramuka itu sangat terbelakang. Bahkan Aqua pun saya bawa dari Jakarta. Ternyata, begitu kapal merapat di dermaga, kami disambut oleh deretan warung penjual makanan (pelajaran moral: makanya google dulu!). pulau Pramuka ternyata adalah pusat pemerintahan kepulauan seribu. di pulau seluas 12 hektar yang listriknya hanya menyala dari jam 4 sore sampai jam 7 pagi itu, kita bisa menemukan bangunan sd-smu, kantor bupati, dan rumah sakit umum dengan bangunan baru tapi tampaknya terlihat sepi dan tanpa aktivitas.


Pulau Pramuka sendiri bisa dikelilingi dengan berjalan kaki sekitar 20 menit saja. Tampilan pulau Pramuka secara keseluruhan mengingatkan saya akan kompleks BTN dengan rumah yang tertata tpai tidak terlalu besar serta gang yang kecil. Tidak ada mobil di pulau Pramuka, hanya ada sepeda, motor dan gerobak yang dimodifikasi dengan menggunakan mesin.





Rombongan kami menginap di salah satu rumah yang dikelola oleh yayasan terumbu karang indonesia (Terangi) yang bergerak di bidang pendampingan masyarakat pesisir maupun perlindungan terumbu karang. Kami tiba di pulau Pramka jam 9.30 pagi. Setelah beristirahat sejenak, kami mengunjungi pantai yang bisa ditempuh dengan 5 menit berjalan kaki. Pantai pasirnya tidak terlalu panjang, tetapi dari situ kita bisa melihat laut dengan gradasi warna yang indah dari mulai biru gelap, biru terang, hingga hijau muda. Ternyata, ada beberapa kamar atau rumah kecil tepatnya yang terletak di pinggir pantai dan disewakan. Harga sewa kamarnya itu sekitar 300 ribu dengan fasilitas ac, kamar mandi dan dapur. Ada juga penginapan lain dengan kisaran harga 300rb-500rb tergantung jumlah kamarnya. Kalau ada yang tertarik, saya sempat ngobrol dengan pemilik penginapan: Ibrahim (021) 33837071 atau Mega Home stay: 021, 23725638, 0815 9675 584 (Pak syaiful).



Untuk masalah makanan, ada banyak warung makan yang dikelola penduduk setempat dari mulai masakan padang, bakso, dll dengan harga murah meriah tapi ya rasanya biasa saja. Setiap pagi, akan ada ibu2 berkeliling dengan gerobak menjual makanan seperti nasi uduk, ketoprak, dll dengan harga 5000. di sore hari pertama kami berenang di dermaga dekat kapal-kapal sandar. Lokasinya biasa saja dan tidak ada yang istimewa. DAri situ kami menyewa perahu ke sebuah tempat bermain yang dikelola taman wisata dan berada di tengah laut. Semacam kolam renang di tengah laut dengan air dan juga binatang laut, serta papan loncat.


Keesokan harinya kami pergi untuk snorkling dan diving. DAri dermaga, kami menggunakan perahu sewaan yang biasa disebut ojek dengan ongkos sekitar 3000 rupiah per orang. Oh iya, di dermaga, ada warung kecil yang menjual pastel dan lemper ikan yang rasanya lumayan enak dengan harga 500 per buahnya. Peralatan diving dan snorkling bisa kita dapatkan di dekat dermaga sekaligus pusat informasi wisata dan tempat penjualan souvenir. Dari sana, tujuan pertama kami adalah pulau semak daun, seuah pulau kecil yang dapat ditempuh dengan waktu 20-30 menit dengan perahu. Kabarnya pulau ini sudah menjadi pulau probadi. Kami menggunakan tempat ini sebagai tempat latihan snorkling terutama buat yang tidak bisa berenang dan belum biasa pakai snorkle seperti saya. Perahu tidak bisa sepenuhnya merapat ke pulau semak daun karena katanya sih banyak karangnya sehingga dibuat dermaga kayu agak ke tengah. Di pantai di sekita pulau semak daun ini banyak sekali ubur-ubur. Beberapa teman saya disengat dengan suksesnya dari mulai tangan, dahi, bahkan ada yang kena bibir.




DAri pulau semak daun, kemi menuju ke tengah laut untuk snorkling dan diving. buat orang yang tidak bisa berenang seperti saya, ini agak menakutkan. TErakhir kali saya snorkling itu 2 tahun yang lalu di sabang, Aceh dimana ikan berwarna-warni bisa kita lihat tidak jauh dari pantai, lautnya masih dangkal dan tanpa sampah. Di laut yang kami tuju, ada bagian yang dangkal di tengah laut. Jadi ya bisa pemanasan dulu sebelum snorkling lebih jauh.

Saya tentunya orang yang paling dulu menyerah terutama karena menelan terlalu banyak air laut. Diam di kapal yang terombang-ambing di tengah laut ternyata bukan pilihan nyaman karena akhirnya saya mabuk laut dan muntah. SAtu [ersatu teman saya mencoba diving. Saya beberapa kali ditawari untuk mencoba tapi menolak mentah-mentah karena takut. Akhirnya saya terbujuk karena salah satu instrukturnya bilang "coba aja dulu ngerasain napas lewat tabung, gak usah diving". akhirnya dengan segala kerepotan dan kepanikan yang terjadi, saya nyoba diving juga dengan didampingi meski cuma sebentar dan dangkal.


Wah... kehidupan bawah air indah juga yah karena saya bisa melihat aneka ikan hilir mudik. Saya jadi mengerti kenapa banyak orang ketagihan diving. Untuk beberapa teman saya yang lebih berani, mereka bisa melihat terumbu karang buatan dan karang otak (katanya sih berbentuk sepert otak). Kalau saya sih, tetep... mending belajar berenang aja dulu.... Yang disayangkan adalah meski sudah jauh ke tengah laut, beberapa sampah masih terlihat seperti botol plastik minuman. Katanya sampah-sampah itu adalah buangan dari Jakarta.




Dari laut kami kembali ke pulau Pramuka untuk mandi dan makan siang. Sorenya, kami ke pulau Panggang yang ditempuh sekitar 20 menit dengan perahu untuk membeli ikan. Kalau berdasarkan zonasinya, pulau panggang diperuntukkan sebagai daerah pemukiman. Suasana di pulau panggang mengingatkan saya dengan perkampuangan kumuh di pedalaman Jakarta. Padat, sempit, dengan gang2 kecil yang berbelok-belok. Kabarnya sih tidak ada toilet di pulau panggang dan penduduknya masih buang hajat di laut. tapi karena saya bertekad untuk gak kebelet disini, saya belum membuktikan sendiri. Selain membeli ikan pada bapak yang kapalnya kami pakai pada siang ahri, kami juga pergi ke sebuah rumah yang menjual dodol dan manisam rumput laut. Rasanya lumayan enak... Sayangnya, kami tidak bisa berlama-lama di pulau panggang karena perahu terakhir menuju pulau pramuka itu berangkat jam 5.30 sore.




Sekembalinya ke pulau Pramuka, kami menuju ke tempat penangkaran penyu yang terletak di sisi lain pulau. Ada beberapa penyu yang ditangkar disana, dan salah satunya ada yang cacat sejak lahir. Di sebelah tempat penampungan penyu, ada tempat biota-biota laut dan juga pengolahan rumput laut. Ternyata, di sekitar situ juga ada fasilitas outbond seperti flying fox, dll. Sayangnya saya lupa menanyakan siapa yang mengelola. Ketika kami menuju ke tempat penangkaran kupu-kupu, tempatnya sudah tutup. Tapi dari jauh saya melihat ada beberapa bagian jaring yang sobek jadi katanya banyak kupu-kupu yang kabur.




Setelah itu, kami melihat matahari tenggelam di dermaga yang cukup indah, namun sayang agak berawan. Keesokan harinya kami harus kembali ke Jakarta dengan boat yang berangkat pukul 7 pagi. TErnyata, kalau pergi dari dermaga pulau pramuka, harga tiketnya menjadi 32rb karena ada tambahan asuransi 2rb. Buat saya, pengalaman ke pulau pramuka sangat menyenangkan terutama karena murah meriah. Saya tinggal selama 3 hari 2 malam disana, dan hanya menghabiskan sekitar 200-250 ribu saja termasuk kapal dari jakarta pp, sewa perahu selama disana, peralatan snorkling dan makan tapi tidak termasuk akomodasi karena gratis. Mungkin biayanya jadi murah karena rombongan total ada 12 orang.


Foto lengkap bisa diliat di: http://www.facebook.com/photos/?ref=sb#/album.php?aid=68071&id=563471571