Rabu, 20 Agustus 2008

Review Oen Pao

Ceker Ayam

Nasi Roast Duck




Fireball



Menunya Oen Pao





Hakau



Mix Grilled Noodle


Lumpia




Siomay



Murah meriah dan kenyang. Itulah kesimpulan yang didapatkan ketika menikmati santapan di Oenpao Asian Food. Diawali oleh hasutan seorang teman yang bilang bahwa di Jl Kyai Maja no 19 di seberang RSP Pertamina ada tempat makan yang menjual bebek panggang enak, dan kabar-kabari yang mengatakan bahwa tempat tersebut mensuplai beberapa hotel berbintang di Jakarta, akhirnya saya memutuskan untuk melangkahkan kaki kesana. tempatnya sendiri tidak tepat disebut restoran karena hanya berupa deretan bangku-banku di depan sebuah klinik, tetapi terlalu bagus juga untuk disebut sebagai kaki lima.



Ketika pertama datang, kami hanyalah satu-satunya tamu disana. Saya sampai meragukan penilaian teman saya. Kalau tempat ini terkenal, kenapa sepi sekali. Ternyata tidak lama kemudian satu persatu tamu mulai datang dan akhirnya semua meja dan bangku penuh hingga kami harus berbagi meja dengan rombongan lain. Pada saat itu kami memilih 1 macam steamed dimsum berupa siomay udang seharga 11.000, hakau Rp. 12.000, Lumpia goreng 11.000, fireball 11.000, ceker ayam Rp. 11.000, nasi hainan roast duck Rp. 24.000, mix grilled noodle Rp. 27.000 dan 2 chinese tea Rp. 8.000. Total kerusakan adalah 115.000





rasa dimsumnya standar alias mirip-mirip sama banyak dimsum yang dijual di tempat lain. Yang agak berbeda mungkin fireballnya yang berupa udang dilapis dengan kulit pangsit yang dipotong atau diserut memanjang. Ceker ayamnya lembut, besar dan agak manis. Nasi hainan roast ducknya enak. bebeknya lembut, bumbunya terasa dann nasinya sendiri gurih. Taburan bawang di atasnya menambah renyah makanan tersebut. Porsi mix grilled noodlenya lumayan besar. selain bebek, mie tersebut juga ditambah ayam charsiu bumbu merah yang rasanya semu manis dan meresap ke dalam.



Selesai makan, kami berdua kekenyangan mengingat asupan makanan yang begitu banyak. Kunjungan tersebut sama sekali tidak mengecewakan bagi kami karena rasanya memuaskan selera lidah, porsinya memuaskan perut, dan harganya bersahabat dengan saku.

Lumpia basah










Ada yang pernah denger apa itu lumpia basah??? pernah liat, makan, menyentuh atau bahkan jualan? good help me then. Lumpia basah itu salah satu makanan favorit gw. jaman kuliah s1, kalo gak sempet sarapan di rumah atau terbirit-birit ngejar kelas gak manusiawi yang masuk jam 7 pagi di hari sabtu n kelasnya dikunci dari dalem kalo telat, lumpia basah adalah penyelamat ketika ganti pelajaran di ciumbuleuit yang dingin. Sayangnya pas gw pindah ke jakarta, kok pada gak tau wujud lumpia basah itu kayak gimana si? gak ada yang jual pula. sedihnya!!!!!!!


Cuma gw bingung, asal-usul lumpia basah ini darimana si? gw dah coba browsing di internet tapi kok gak ada deskripsi tentang lumpia basah yang menyerupai lumpia basah bandung ya? gw kirain lumpia basah ini asli bandung. cuma si mamah tercinta yang kesundaannya tidak diragukan lagi pas pertama kali nyobain malah nanya: neng, kok kayak gini si, gak kayak lumpia semarang. Ya jelas gak kayak lumpia semarang kok, orang isinya aja beda. Lumpia basah yang banyak dijual di depan sekolahan ini tu gak pake udang dan gak pake rebung. Jadi, demi misi penelitian makanan kesukaan, gw sengaja gitu nongkrongin si mang lumpia yang lewat depan rumah. eh, yang jual malah gak gitu ngerti juga sejarahnya. Ditambah lagi dia juga gak ngitung sehari bisa jual berapa porsi, huehehehehe.


coba liat deh urutan foto-foto di atas. Bisa diliat, kalo lumpia basah bandung itu bahannya tauge, bengkoang yang digoreng, dan kalo mau dicampur sama telor. Cara masaknya tuh pertama siapin kulit lumpianya, trus diolesin sama cairan warna coklat yang kata si emang si dibikin dari gula merah dicampur aci (tepung kanji). Terus si toge, bengkoang dan telor itu ditumis pake campuran bawang merah, putih, garem dan penyedap rasa. Abis gitu, ditumplekin deh ke atas kulit lumpia dan digulung. CAra makannya gimana???? si gulungan lumpia dan daun pisang itu dimasukin ke dalem plastik trus dimakan deh pake sumpit. Jadi, darimanakah lumpia basah bandung berasal? jangan-jangan cuma satu lagi keisengan orang bandung dalam bikin variasi makanan lagi, nambahin brownies kukus, serabi rupa-rupa dan makanan ajaib nan enak lainnya.
Btw, belom familiar sama cara naro foto blogspot nih, hiks

Kamis, 07 Agustus 2008

Review Churrasco

Di tengah keramaian Citos Rabu malam yang sudah seperti pasar, di lantai pertama dekat eskalator ada sebuah restoran yang namanya cukup menarik: Churrasco. Restoran tersebut menyediakan menu prasmanan all you can eat ala Brazil, dan di spanduk di depan pintu masuknya tertera harga Rp. 59.000 ++. Akhirnya, kami memutuskan untuk mampir di tempat itu.

Saat itu sebetulnya jam makan malam, karena kami datang sekitar pukul 7 malam. Tapi, restoran tersebut sangat sepi hingga akhirnya ada beberapa tamu datang setelah kami. Ruangan Churrasco sendiri didesign seperti banyak tempat makan lainnya, tidak ada yang istimewa dengan meja Buffet di tengah ruangan. Buffetnya sendiri menyediakan 6 macam cemilan seperti pisang goreng tepung, kulit ayam goreng tepung, lumpia isi ayam, mushroom popo vere (sejenis pangsit dengan isi jamur) dan ada roti kecil. Secara umum rasa cemilannya standar sekali malah kulit popo verenya plain dan kurang garing. Roti kecilnya lembut dan ketika digigit ada seperti lelehan keju dengan rasa sedikit asin namun enak. Ada juga sup krim jamur, salad dan buah. Sup krim jamurnya encer dan rasanya biasa saja.

Selain di meja prasmanan, ada grilled meet juga yang datang satu persatu ke meja pengunjung, terdiri dari daging kambing, sosis, bacon isi dada ayam, cumi, ikan gindara, daging top side, lidah dan ayam. Dari semua daging yang disajikan bacon isi daging ayam yang rasanya enak dan bumbu barbequenya terasa. Sisanya berasa plain atau terasa nyaris tanpa bumbu dan harus dicocolkan ke saos tomat, sambel atau barbeque yang ada di meja.

Selain itu masih ada nasi goreng brazil dan 4 lauk seperti lidah dan chicken wing. Lidahnya enak, empuk rasanya semu manis. Chicken wingnya ada rasa semu asam seperti ada campuran apel di dalamnya. Nasi gorengnya berwarna agak kekuningan dan rasanya lumayan. Masih ada juga pasta dengan 4 macam sayuran, tapi saya tidak sempat mencoba karena porsi makanan yang lain sudah sangat banyak padahal kami datang bertiga.

Secara umum, Churrasco rasanya biasa sekali dan tidak ada yang istimewa. Malah, saya agak bingung unsur brazilnya ada dimana karena rasanya nyaris sama dengan grilled meat yang ada di restoran Jepang all you can eat. Cuma, dengan harga 59.000++ ditambah es teh free flow seharga 14.000, porsi grilled meat yang disajikan ke meja sangat mengenyangkan. Total kerusakan perorang Rp. 88.330. Disarankan untuk tidak mengunjungi restoran ini ketika sedang mengejar jam tayang bioskop, agar bisa menikmati semua menunya ^-^

Rabu, 06 Agustus 2008

Review Blind: Ketika Makan Dalam Gelap dan Gulita

Setelah puas terbahak-bahak menonton kungfu panda di ciwalk Bandung pada sabtu sore, saya dan teman saya ingin mencari minuman segar. Setelah mengelilingi foodcourt ciwalk dan tidak ada yang menarik, kami akhirnya pergi ke luar.Siangnya saya memang sudah tertarik pada sebuah restoran bernama blind karena mereka sepertinya menawarkan sesuatu yang tidak biasa yang intinya menawarkan makan dalam kegelapan. Sayang sekali saya lupa tag line mereka apa. Setelah sedikit membujuk-bujuk teman saya, akhirnya dia mau juga mencoba tempat tersebut.

Ruangan restoran ini terdiri dari dua lantai. Awalnya saya bertanya-tanya dimana ruangan gelap berada, karena ruangan bawah itu terbuka ke arah salah satu jalandi dalam ciwalk, dan hanya ada beberapa meja saja. Ternyata, pemesanan dilakukandi kasir, dan kami membayar di muka. Karena siangnya sudah makan cukup berat,kami hanya memesan 1 gelas lemon juice seharga 12.000 dan 1 mix smoothiesse harga 17.500. Pelayan akhirnya memberi tahu, bahwa ruang gelap itu berada dilantai dua dan kami akan diantar oleh seorang pemandu tuna netra. Selain itu,kami dipersilakan untuk menyimpan barang-barang yang bisa mengeluarkan cahayaseperti handphone ke dalam loker, yang kuncinya bisa kami bawa. Kasir kemudian memanggil guide yang akan membantu kami.

Di balik tirai yang adadi lantai pertama, ternyata ada tangga ke lantai dua dan itu sangat gelap.Pemandu tuna netra kami akhirnya datang, dan menjelaskan konsep restoran tersebut. Intinya, restoran tersebut ingin agar pengunjungnya bisa merasakan sensasi bersantap dengan cara yang baru. Pemandu sempat bertanya apakah ada yang ingin ditanyakan tentang konsep mereka, dan kami menggeleng. Dia akhirnya meminta teman saya untuk memegang bahu dia, dan saya memegang bahu teman saya.Mungkin sempat ada yang melihat cara tuna netra berjalan beriringan dengan berpegang pada bahu mereka? Ya kurang lebih seperti itulah.

Sebetulnya saya sangat khawatir karena ruangan gelap total tanpa cahaya sama sekali, dan saya menaiki satu demi satu anak tangga dengan sangat berhati-hati. pemandu tersebut sangat membantu bahkan memberitahu bahwa kami telah sampai pada anak tangga terakhir dan mengantarkan kami ke meja.Pertama dia menunjukkan tempat duduk teman saya, dan tadinya saya mencoba meraba tempat duduk di depannya karena saya terbiasa makan berhadapan dengan orang. Cuma pemandu tersebut mempersilakan saya duduk di sebelah teman saya.Saya pun berpikir, ya sama juga toh, soalnya kan gelap. Saya gak bisa natap mukat eman saya juga.

Sebagai seorang penakut yang tidur dengan lampu menyala dan menggunakan 4 lilin di kamar tidur jika lampu padam, saya berusaha mengajak teman saya berbicara untuk memastikan dia ada di samping saya, memegang mukanya untuk memastikan wajahnya masih di sana, dan mencoba menghilangkan bayangan kalau di depan saya itu tiba-tiba bakal muncul makhluk mengerikan seperti di film horor. Saat itu adalah saat dimana saya merasa berpisah snagat lama dengan handphone saya yang setidaknya bisa mengeluarkan cahaya karena ruangan gelap gulita total. Saya mencoba memejamkan dan membuka mata beberapa kali, dan tidak ada bedanya sama sekali. Lagu yang diputar pun membuat saya agak terkantuk-kantuk.

Akhirnya minuman yang kami pesan datang juga. Rasa lemon juicenya standar, dan mixsmoothiesnya segar. Cuma, akhirnya saya merasa tertantang, dan menantang teman saya. Kami sudah berada di suatu tempat dimana makan akan sangat menyulitkan karena gelap total. Masa sih, kami tidak akan mencoba tantangan tersebut. Setelah berdiskusi dalam gelap, kami berpikir bahwa steak mungkin akan sulit dimakan dalam gelap karena membutuhkan pisau dan garpu, dan memikirkan resiko teriris segala macam. Akhirnya kami memanggil pelayan untuk memesan steak. Ternyata,apabila kita memesan steak di Blind, mereka telah memotong-motong steaknya, dan disajikan tidak di atas hot plate. Gelas yang digunakan pun plastik karena sebelumnya banyak minuman tumpah atau pecah (informasi yang didapatkan denganmenguping pembicaraan meja belakang dengan pelayan). Akhirnya kami bertanya kepada pelayan, kira-kira masakan apa yang paling sulit untuk dimakan dalam gelap dan mereka menyarankan sop buntut. Akhirnya kami pun memesan seporsi sop buntut bakar yang tidak pedas seharga 27.500.

Selama menunggu psanan datang, saya mencoba menerka bentuk ruangan seperti apa.Saya mencoba mengukur panjang dan lebar meja dengan lengan saya. Panjang meja itu sekitar 60 cm, dan lebar sekitar bentangan kedua tangan saya yang kuranglebih 100-120 cm. Kami duduk di sebuah sofa yang berhadapan. Saya mencoba mengetuk dinding di sebelah kanan, dan kemungkinan terbuat dari kayu atau triplek. Bagaimana bentuk, dekorasi dan suasana ruangan? Only God knows (eh,ditambah pelayan dan owner mungkin). Pendengaran saya mengatakan bahwa dibelakang meja kami ada beberapa orang tamu perempuan yang mencoba berbincang juga dengan pelayan. DAri hasil menguping, saya tahu bahwa di situ ada 9 meja,yang satu mejanya bisa menampung sekitar 4 orang. Ternyata, selain pemandu tuna netra, Blind pun mempunyai satu orang pelayan lagi yang menggunakan night vision infra merah. Mereka selalu siap sedia di dekat kita, karena kami bisa melihat titik merah di pojok ruangan. Apabila kitamembutuhkan kertas tissue, atau minta tambah saos sambal, kami hanya tinggal teriak aja "Mas, minta....." dan mereka akan segera datang, termasuk untuk menuangkan saos sambalnya.

Akhirnya sop buntut yang ditunggu datang juga. Pelayan menjelaskan kepada teman saya, dimana letak nasi, buntut, dan mangkok berisi kuah sop. Dia juga mengatakan bahwa di atas nasi ada empingnya, dan memberikan sendok serta garpu ke tangan teman saya. Teman saya langsung tertawa sendiri ketika pelayannya pergi, karena dia tidak dapat menemukan nasinya, dan sukses menjatuhkan sendok pada menit pertama. Setelah dia sukses menemukan nasi, dia mencoba mencari dimana buntutnya. Setelah buntutnya ketemu, tantangan berikutnya adalah menusukkan garpu pada buntut, dan mencoba memotongnya. teman saya membutuhkan waktu yang agak lama. Ya iyalah, orang motong buntut terang benderang aja alot,apalagi pas gelap.

Karena kami hanya memesan satu porsi, kesulitan berikutnya adalah bagaimana menggeser piring ke arah saya sehingga saya bisa mencicipi. Sepertinya sih nasi,buntut dan mangkok kuah diletakkan di atas nampan sehingga mudah menggesernya.Yang perlu teman saya lakukan adalah mencari tangan kiri saya untuk memberikan garpu, dan tangan kanan saya untuk memberikan sendok. Saya mengalami kesulitans erupa karena berapa kali suapan nasi saya kosong, dan buntut yang saya tusuk loncat. Akhirnya setelah meraba-raba, saya menemukan buntutnya dan memutuskanuntuk makan dengan tangan. Sebelumnya teman saya bilang kalo tulang buntut yangtelah dia makan dia simpan di pojok kiri nampan, yang mana saya gak bisa temukan karena gak keliatan apa-apa. Kami akhirnya tertawa terbahak-bahak karena untuk pertama kalinya kami merasa makan sop buntut dalam gelap itu kacau sekali,apalagi harus geser2 nampan dan serah-menyerah sendok garpu karena hanya pesan 1porsi. Perkiraan kami berdua menyatakan bahwa ada 2 potong buntut dalam 1 porsi. Seandainya lebih,berarti gagal kami temukan. Rasa sop buntutnya tasty, agak manis dan kuahnya gurih. Jadi kalau buntutnya habis, makan nasi dengan kuah yang ada potongan sayurannya pun masih lumayan enak.

Ketika saya mencoba memakan empingnya,ternyata ada sambal hijau lumayan pedas di atas itu. Setelah menyerah karena tidak menemukan buntut lainnya, kami memanggil pelayan untuk menuntun kami kejalan yang terang. Pemandu kami mengantarkan hingga ke ujung tangga atas, karena cahaya dari bawah cukup untuk menerangi langkah kami. Di bawah kasir bertanya mengenai pengalaman kami, dan juga apakah kami menemukan kejutan sambal hijau di atas emping. Ooooo tenryata sambal hijaunya itu kejutan.... Total kerusakan makan di Blind Cihampelas Walk Bandung termasuk service dan tax adalah 64.410.

Pengalaman makan di Blind buat saya adalah pengalaman makan yang sangat menarik dan sulit dilupakan. Cuma, kunjungan tersebut diakhiri dengan sebuah rasa syukur dan renungan: buat saya, makan dalam kegelapan adalah tantangan dan petualangan. Buat sebagian orang, mereka memang tidak punya pilihan.

Review Chinese Food Cafe Batavia







Tergoda akan legenda cafe Batavia, hari Rabu kemarin saya dan teman saya pergike daerah kota untuk membuktikan cerita orang-orang. Di tengah sengatan mataharidaerah Jakarta Kota yang minim pohon memasuki Cafe Batavia membawa sayaseolah-olah berada di dunia lain. Ruangan dengan design klasik tempo dulu yangdipenuhi foto-foto lama. Masalah ambience yang ada di cafe Batavia mungkin sudahsering dibahas oleh begitu banyak orang.

Hari itu kami datang setelah jam makan siang usai, sekitar jam 2an. Tamu-tamu disekeliling kami lebih banyak yang menikmati minuman atau makanan yang tidakterlalu berat. Kami pun memilih lantai 2 agar mendapatkan pandangan ke arah museum fatahillah. Dikarenakan banyak dari main course yang ada dalam menu westernnya mengandung alcohol dan kami berdua tidak mengkonsumsi alcohol,akhirnya kami memutuskan untuk memilih chinese menu saja. Seperti sajian menu chinese food lainnya, ada pilihan porsi small, medium danlarge.

Kami memanggil seorang pelayan yang masih muda untuk mengetahui ukuranporsinya. Ketika pelayan datang, amat disayangkan dia tidak dapatmenginformasikan kira-kira sebesar apa ukuran porsi small itu karena dia bilangmenu yang ada itu masih baru hingga dia harus pergi dan bertanya dulu.Sebetulnya kejadian ini agak mengecewakan saya dan teman saya, karena untuk level cafe ternama, seorang pelayan seharusnya cukup menguasai menu apalagi ituhanya ukuran porsi makanan. Tunggu-ditunggu si pelayan tidak datang juga hinggaakhirnya kami memanggil pelayan lain yang tenryata sepertinya lebih senior dancukup memberikan penjelasan.

Akhirnya kami memesan 1 porsi cumi goreng tepung dengan 5 bumbu karena namanya menimbulkan rasa penasaran (48.000), Ayam goreng saos BBQ (52.000), Brokoli SioPak Cai (48.000), 1 Ice Lemon Tea (16.500), 1 Es Cappucino (33.000) dan 2 porsi nasi putih (14.000). Makanan yang dipesan datangnya agak lama, tetapi setidaknya kami bisa menghabiskan waktu dengan mengobrol dan mengamati interior gedung untuk sedikit menenangkan perut yang keroncongan.

Akhirnya menu makanan yang kami pesan pun datang. Menu tersebut seperti disajian chinese food lainnya disertai sambal kecap, dan sambal asam manis. Porsi smallnya ternyata pas untuk dimakan 2 orang. Khusus untuk cumi goreng tepungnya,ada sambal terpisah. Ayam goreng saos BBQnya terdiri dari sekitar 7 potong kecil ayam dan rasanya agak manis. Enak, tapi tidak istimewa. Ketika menyantap cumi goreng tepung 5 bumbu, saya dan teman saya bertanya-tanya apa yang mereka maksud dengan 5 bumbu karena rasanya standard sekali. Bahkan bila 5 bumbu apapun itu ada di dalam saos untuk menyocol cuminya, rasanya pun biasa saja. Kami sampai bercanda jangan-jangan 5 bumbu yang mereka maksudkan itu adalah garam, gula,merica, dan bumbu standar lainnya. Yang terakhir adalah Brokoli Sio Pak Cai yangterdiri dari brokoli, pok cai, kacang ginko (kalo tidak salah) dan kulit tahu. Terus terang tampilannya sangat menarik, karena kalau tidak mengingat kembali menu yang kami pesan kami mengira kulit tahu yang berwarna agak coklat itu adalah daging asap.Rasanya lumayan, gurih, tapi dengan rasa yang bisa ditemukan di restoran chinesefood lainnya.

Setelah selesai bersantap, teman saya mempunyai kebiasaan untuk selalu pergi ke toilet sebuah restoran yang dia sebut sebagai uji kelayakan. Design interior toiletnya buat saya sangat menarik, dipenuhi banyak foto yang membuat kita seperti menjelajahi masa yang berbeda-beda. Beberapa foto memang sangat menarik dan teman saya mengistilahkannya -provokatif- Total biaya makan kami adalah 211.500, ditambah service 10% dan tax 10%, total kerusakan adalah 250.400.

Untuk rasa makanan yang biasa saja, kami merasa harga disana agak overprice. Tetapi yah kami anggap saja harga tersebut adalah harga yang harus kami bayar untuk menikmati suasananya yang tidak dapat ditemukan ditempat lain






review Anatolia






















Menghabiskan minggu malam dengan makanan eksotis adalah cara yang mengasyikan untuk mengakhiri weekend yang digunakan untuk bekerja. >Oleh karena itu saya dan seorang teman memutuskan untuk pergi ke Anatolia, restoran yang menyajikan masakan Turki di Jl Kemang Raya No 110. Dari luar, bangunan restoran tersebut seperti sedang direnovasi, sehingga kami ragu apakah restoran tersebut buka atau tidak. Tetapi begitu taksi yang kami naiki berhenti, seorang pelayan langsung membukakan pintu taksi dan pintu restoran.

Begitu masuk ke dalam ruangan, suasana temaram sangat terasa. Dekorasi ruangan didominasi cat biru untuk dinding dan warna merah untuk lampu. Ruangan terbagi dua, smoking dan non smoking yang biasa digunakan untuk menghisap sheesa. Ruangan merokok yang berada di belakang didominasi sofa dan > meja pendek, yang kurang nyaman apabila digunakan untuk makan. akhirnya kami memilih ruangan bagi yang tidak merokok yang menggunakan kursi dan meja makan. Di ruangan itu juga ada semacam meja bar tempat pelayan yang menggunakan baju turki berkumpul. Kami duduk tepat di depan dapur sehingga bisa sedikit mengintip dapur dan ovennya.

Kami memesan 1 Etli Hummus yang terdiri dari hummus, irisan daging domba, dan roti lavas yang dipanggang dalam oven kayu (Rp.62.500) , 1 Durme Chicken (bisa pilih apakah mau ayam atau domba) yang terdiri dari irisan daging ayam , dilumuri keju cheddar dan dimasukkan ke dalam gulungan dadar disajikan dengan saus asam manis kental berwarna merah (90.000), 1 Tas Kebab yang terdiri dari daging domba, wortel, kentang, minyak zaitun yang dimasak dalam kuah kari kental serta disajikan dengan pilihan roti atau nasi , dan kami memilih nasi yang dimasak dengan minyak zaitun dan kacang polong (68.000) . Untuk minumnya kami memesan 1 ice lemon tea (18.500), 1 mint tea (11.500) dan 2 botol aqua (28.000). Ditambah pajak 10% dan service charge 11%, total kerusakan adalah Rp. 336.985,00

Makanan yang pertama kali disajikan adalah hummus. Hummusnya enak sekali, agak-agak asam. Irisan daging dombanya lembut meski rotinya agak keras. Ketika Durme chicken datang, saya terkejut dengan ukuran piringnya yang sangat besar dan sausnya yang sangat melimpah meski porsi makanannya sendiri tidak terlalu besar. Seukuran lumpia basah lah. Kurang membuat saya kenyang. Saya bisa merasakan susu yang digunakan dalam adonan dadarnya, dan dadarnya sangat lembut. Tapi secara keseluruhan, rasanya seperti lasagna isi daging ayam. The best menu malam itu buat kami adalah Tas Kebab. Di dalam kuahnya kami bisa menemukan irisan cabe hijau dan cabe merah. Rasanya spicy, kuahnya kental dan dagingnya lembut sekali, pas disajikan dengan nasi yang digoreng dengan minyak zaitun.

Ketika saya memesan mint tea, saya membayangkan bahwa yang akan disajikan adalah teh dalam porsi secangkir teh ukuran normal. Ternyata saya salah, karena yang datang adalah 1 sloki teh mint. Literally, ukurannya memang sangat kecil sehingga saya tertawa sendiri. Rasanya agak pahit dan mintnya sangat terasa. Saking terasanya, saya seperti menelan air teh yang dicampur pasta gigi, dan segarnya memang seperti pasta gigi.

Yang sedikit aneh dari Anatolia adalah dekorasi menuju kamar mandi. Kamar mandi itu terletak di sebuah lorong. Lorong tersebut didominasi warna biru, dan hanya ada 1 lampu sorot di wastafel. Sisanya penerangan mengandalkan lilin-lilin kecil berwarna merah dan biru sepanjang lorong yang menimbulkan suasana aneh. Teman saya mengistilahkannya seperti masuk ke istana drakula, ditambah lagi cermin-cermin besar yang digunakan di wastafel. Saya menggunakan istilah -tidak friendly sama orang takut gelap

Secara umum Anatolia sangat memuaskan hasrat kuliner kami. Harga yang kami bayar, sebanding dengan sensasi rasa yang kami dapatkan. Sayang kami tidak datang pada sabtu malam karena tenryata setiap sabtu malam ada sajian tari perut.

Review Kinara

Setelah lelah bekerja seharian, Jumat malam saya dan rekan kerja saya memutuskan untuk memenuhi hasrat perut akan makanan berkualitas. Kebetulan, tempat kerja kami berada di daerah Fatmawati. Setelah menyusuri jalan Cipete Raya dan tidak ada yang cukup menarik hati, kami mengarah ke jalan Kemang Raya. Di tengah perjalanan, kami tepikir untuk pergi ke restaurant india dan memutuskan untuk makan di Kinara. Begitu masuk atmosfir indianya sangat terasa, meskipun agak aneh juga karena pelayan menyapa kami dengan bahasa inggris padahal muka saya dan rekan kerja saya sangat melayu (atau disangka orang malaysia?). Pelayanan ramah sudah dimulai sejak kami hendak memarkir mobil, karena petugas parkir langsung menawari vallet parking.


Kalau dilihat dari ambience yang ditawarkan, Kinara berhak mendapatkan semua jempol yang kami bertiga miliki. Suasananya nyaman, tenang, tidak berisik. Pelayanan pun sangat baik sekali. Selalu ada pelayan yang siap sedia berjaga di meja kita untuk membantu. Bahkan ketika teman saya masih memegang bungkus rokok, pelayang langsung datang menawari api untuk menyalakan rokok. Tapi, untuk rumah makan, yang paling penting diulas tentu makanannya. Kami memesan 1 Murgh Malai Tikka (ayam dengan bumbu warna merah gitu deh), 1 Butter Naan, 1 Vegetable Biryani (Nasi khas India berisi sayuran), 1 Rogan E-Kashmiri (daging domba dengan bumbu semacam kari), 1 Jaljeera, 2 Aqua, 1 Kinara Chocolate O, 1 Orange Juice

Kesan pertama yang kami dapatkan setelah makan di sana adalah, bahwa makanan yang disajikan tidak seberbumbu atau sepedas yang kami bayangkan. Malah entah kenapa kami merasa bahwa rogan e-kashmirinya berasa seperti rendang yang kurang pedas. Nasi biryaninya enak, dan ayam tikanya juga ok. Cuma ya itu, kok rasanya kurang nendang. Yang lucu adalah, ketika saya memutuskan untuk memesan jaljeera, minuman berbahan dasar daun mint. Pelayannya sampe bertanya dua kali apakah saya memang memesan minuman tersebut. Setelah saya yakinkan, dia malah senyum aneh gitu. Saya sudah berprasangka kalau rasa minumannya akan sangat mengerikan melihat ekspresi si pelayan. Ketika minuman datang, rasanya memang agak aneh, asem semriwing agak pedas, yang kata teman saya seperti jus sayuran. Tapi mungkin karena lidah saya agak explorer, toh saya nikmatin juga dan habis.

Berkit daftar harga makan malam kami bertiga di Kinara:
1 Murgh Malai Tikka 55.000,
1 Butter Naan 17.000,
1 Dal Kinara 47.000,
1 vegetable biryani 55.000,
1 rogan-e-kashmiri 85.000,
1 jaljeera 17.000,
2 aqua 20.000,
1 kinara's chocolate o 23.000,
1 orange juice 15.000.
Ditambah service dan tax, total kerusakan Rp.404.745.

KINARA
Jl. Kemang Raya No. 78 BTel 7192677

This post was published at www.jalansutra.or.id on 18 June 2008