Senin, 11 Mei 2009

trip review: pantai sumur tiga sabang



Belum afdol rasanya kalau pergi ke Aceh tanpa mengunjungi Sabang. Jadi hari sabtu saya bersama seorang teman pergi menuju sabang. Kapal menuju sabang, berangkat dari pelabuhan Ulee lheue yang baru. Bangunannya sekarang sangat bagus, sayang jalannya masih diperbaiki, jadi perjalanan ke pelabuhna dengan menggunakan becak motor mirip dengan off road singkat. Ada dua kapal menuju Sabang, yang pertama adalah feri cepat yang berangkat dari ulee lheu Banda Aceh ke pelabuhan Balohan sabang 1 hari 2 kali setiap pukul 9.30 dan 16.00. Harga tiketnya adalah 60rb untuk kelas ekonomi, 70rb untuk kelas bisnis dan 85rb untuk kelas vip. saya mengambil kelas ekonomi. Kapal cepatnya sendiri lumayan nyaman karena bersih dan ber ac. Apabila cuaca cerah, jarak banda aceh-sabang bisa ditempuh dalam waktu 40 menit. Pilihan kedua adalah feri lambat. Bagi yang ingin membawa kendaraan sendiri, feri lambat adalah pilihan yang tepat. Saya lupa menanyakan harga tiketnya, tapi jam berangkatnya lebih siang dan waktu tempuhnya adalah 2 jam.

Perjalanan saya diberkahi cuaca cerah, sehingga tidak terasa goncangan apapun di dalam kapal, dan kami terbangun ketika kapal sudah tiba di Balohan. Tujuan kami adalah pantai sumur tiga. Sebelumnya, saya sudah pernah mengunjungi iboih maupun gapang dan snorkling disana. Di Iboih, penginapannya kebnayakan backpacker style sekali, dengan range harga kamar sekitar 70 rb, kamar mandi luar, bahkan saya pernah mengalami ada babi hutan di kolong bungallow, terletak tepat di pinggir pantai dan kita bisa melihat ikan-ikan hilir mudik di laut dari balkon kamar kita. Kalo ke iboih, saya biasa menginap di Julian's. Jadi ketika teman saya mengajak ke pantai sumur tiga saya sih setuju saja. DAri pelabuhan, kita bisa menggunakan kendaraan L300 ke semua tujuan di sabang dengan ongkos yang berbeda tergantung jarak. TErnyata jarak dari Balohan ke sumur tiga tidak terlalu jauh, dan ongkosnya hanya 25rb saja, tidak seperti ke iboih atau gapang yang bisa sampai 70rb. Tapi, apabila kita menuju ke arah antai sumur tiga, kita tidak akan melihat monyet sabang yang suka nongkrong di pinggir jalan maupun sisa pemandangan sabang yang lain. Tapi bagi yang menginap di pantai sumur tia, jangan khawatir. Minta saja no hp supir L300 yang kita tumpangi, dan mereka siap mengantarkan kita keliling pulau dengan ongkos yang tergantung jarak tentunya.

Di pantai sumur tiga, kami memesan tempat di casanemo dengan harga bungalow rp 275rb/malam dan Harga kamar standarnya 225rb/mlm. Sebetulnya ada tempat yang kata teman saya lebih terkenal, namanya santai sumur tiga atau lebih dikenal dengan freddie, tapi freddie penuh. Bungalow di casanemo disusun berundak-undak di sebuah bukit. Begitu sampai ke front desk yang merangkap restoran, kita bisa langsung melihat pantai pasir putih dan laut lepas. Pemandangan yang sangat damai....

Kamar kami terletak di bungallow paling atas, yang pemandangan ke arah pantainya tertutupi beberapa pohon. Di setiap bungallow, ada balkon yang digantungi hammock. Kamarnya dilengkapi oleh kipas angin besar di langit-langit, dan kamar mandinya dilengkapi bath tub serta air panas dengan jendela ke arah pantai. Karena waktu itu belum jam makan siang, kami memutuskan untuk istirahat dulu. Jendela kamar kami buka lebar-lebar sehingga angin laut masuk ke kamar. Tanpa terasa, saya ketiduran di hammock yang menggantung di balkon menghadap laut lepas sambil mendengar deburan ombak.

Bangun tidur dengan perut lapar, kami turun untuk makan siang di restorannya casanemo. Chefnya seorang bule bernama Carlos, tapi saya lupa menanyakan kewarganegaraannya apa. Siang itu kami memesan penne dengan boloignaise sauce. Rasanya... hm..... kurang sesuai selera karena terlalu asam dan sedikit keasinan kalau untuk saya. Selesai makan siang kami turun ke pantai untuk berjalan-jalan. Apabila kita menyusuri pantai ke arah kiri casanemo, kita bisa sampai di cottage sebelahnya yang bernama freddie(santai sumur tiga). Sebetulnya kedua cottage tersebut dimiliki oleh orang yang berbeda, tapi karena pemilik casanemo harus pergi ke luar negeri, pengelolaannya diserahkan ke freddie. Kabar-kabari sih freddie dulu adalah seorang advisor lembaga internasional di Banda Aceh, yang karena suka sekali dengan sabnag akhirnya memilih untuk membuka tempat peristirahatan di sabang.

Sore itu kami memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri pantai, dan mengunjungi freddie. Sore itu gelombang pasang, jadi perjalanan dari casanemo ke freddie diiringi ombak-ombak yang pada beberapa tempat merendam kaki kami berdua. Berbeda dengan restorannya casanemo yang tidak menjual snack. freddie menjual dari mulai snack, sikat, gigi, dll. Bentuk resto freddie menurut saya sangat menyenangkan. interiornya didominasi oleh kayu, dengan dapur terbuka tepat di sebelah restorannya sehingga kita bisa melihat proses memasak disana. Sambil menikmati pemandangan ke arah pantai dan laut, kami memesan tempat untuk makan malam, dengan harga 65rb/pax. Setelah dari sana, kami kembali ke pantai dan ke cottage betul-betul hanya untuk bermalas-malasan. Sesekali, kami dapat melihat kapal-kapal besar melintas di kejauhan. Sayangnya sejak sore listrik di cottage kami mati, dan hal tersebut memang sudah biasa terjadi di Aceh, ditambah lagi casanemo tidak mempunyai genset.

Karena sudah terlanjur memesan tempat di freddie, akhirnya kami tetap memutuskan untuk pergi makan malam disana. Tanpa listrik, lilin, maupun senter kami menyusuri pantai yang gelap berbekal cahaya dari langit saja karena waktu masih belum terlalu malam, sekitar jam 7. Akhirnya kami tiba juga di freddie, dan untungnya freddie mempunyai genset jadi kami tidak makan dalam kegelapan, dan tenryata banyak juga orang-orang yang menginap di casanemo memilih untuk makan malam di freddie. Karena smeua meja baik di dalam, luar dan balkon sudah penuh, maka kami duduk satu meja dengan pasangan bapak-ibu berkebangsaan philipina yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di Indonesia. Kebanyakan dari tamu yang tinggal di pantai sumur tiga baik di casanemo maupun freddie, adalah orang asing, jadi tamu malam itu pun sebagian besar orang asing. Semakin malam semakin banyak tamu, karena ditambah pengunjung yang baru saja menyelesaikan sesi diving mereka di iboih.

Makanan dimulai dengan sup krim sebagai pembuka, dengan rasa yang cukup enak walaupun untuk saya kurang kental sedikit. Setelah sup habis, kami bisa mengambil sendiri makanan yang tersedia secara prasmanan yang terdiri dari aneka macam pasta, saschlick, sayuran, dll dengan rasa yang enak. Makan malam ditutup dengan pencuci mulut yang rasanya mirip mousse strawberry. Harga 65rb tersebut, belum termasuk minuman. Freddie sebagai si empunya tempat, rajin sekali berkunjung dari satu meja ke meja untuk bertanya apakah semua baik-baik saja, dan apakah kami menyukai masakan dia.

Di tengah-tengah nikmatnya makan malam, hujan turun deras sekali. Saya dan teman saya langsung bingung gimana caranya kami berdua bisa kembali ke casanemo akrena tidak ada payung, jas hujan, dan tentunya gelap. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu sampai jam 9.30 malam, dan hujan belum berhenti juga. KArena tidak mungkin kami menginap di restoran freddie, berbekal jas hujan pinjaman dan lampu senter, kami menyusuri pantai yang gelap gulita sambil hujan-hujanan. Sebetulnya kami bisa juga sih menyusuri jalan raya, tapi pilihan tersebut kurang enak karena harus naik lagi ke atas, dan jalannya berkelok jadi perjalanannya lebih jauh. Untungnya ketika kami tiba, listrik sudah menyala. Sangat disayangkan waktu itu hujan, karena langit sabang jika cuaca cerah itu bertabur bintang yang sangat indah.

Keesokan pagi hujan turun rintik-rintik, tetapi tidak lama. Sebelum berenang, kami pergi ke resto casanemo untuk makan pagi, dan kami memesan 2 breakfast sandwich. Tunggu-ditunggu, makanan kami belum datang juga, padahal 2 tamu yang datang sesudah kami sudah terlayani. Ah tenryata si chef lupa melihat pesanan kami. Agak merusak mood di pagi hari memang, karena menggabungkan 2 hal yang kurang saya suka: menunggu dan kelaparan. Untunglah ketika sandwhich seharga 20rb itu tiba, rasa dan porsinya lumayan.

Berbeda dengan iboih yang arusnya relatif tenang, pantai sumur tiga ini arusnya lumayan kencang. Jadi, saya tidak terlalu banyak melihat pengunjung bersnorkling ria. Untuk orang yang baru pertama kali ke sabang, iboih memang tempat yang wajib dikunjungi. Sedangkan pantai sumur tiga buat saya lebih tepat dijadikan tempat leyeh-leyeh bermalasan menikmati pantai tropis pasir putih seperti di film-film. Selesai berenang, kami memesan tiket kapal cepat dan l300 utnuk pulang. Ternyata kalau memesan dari hotel, ongkos l300nya lebih murah, hanya 20rb saja. Apabila kamar kita tidak ada yang memesan, pengunjung boleh check out jam 3 sore, ketika jemputan ke pelabuhan datang. Karena malas berjalan lagi, akhirnya kami makan siang di casanemo saja. Saya memesan soup sayuran dan ayam goreng, sedangkan teman saya gado-gado. Karena hari sebelumnya menu makan siang kami yang western style gak sukses, kami kira menu indonesianya lebih enak. Ternyata kami salah. gado-gadonya agak asam, dan rasa sup sayurannya agak aneh karena kebanyakan bumbu. Ditambah lagi, ada kucing siap sedia mengintai meja kami dan akhirnya sukses meloncat ke meja dan mengambil makanan saya, huhuhuhu ilfil deh. Jadi, casanemo memang tempat yang enak sekali buat tinggal, tapi sepertinya bukan buat makan.

Jam 3 sore, mobil yang menjemput kami ke pelabuhan tiba. Tagihan hotel, sudah termasuk tiket kapal, l300, kamar dan makanan. Jadi ketika tiba di pelabuhan, kami tidak usah mengantri lagi. Duh, rasanya saya belum puas liburan dan harus back to reality, back to real life. Jadi berpikir untuk menggantung hammock di balkon kantor di Jakarta ^_^