Senin, 16 Maret 2009

trip review aceh part 2: Chek yuke dan kopi aceh

Sepertinya tidak afdol kalau membahas Aceh tanpa membahas kopinya. Warung kopi di Aceh adalah salah satu tempat interaksi utama masyarakat, terutama kaum prianya. Ada beberapa tempat ngopi yang terkenal di Aceh seperti Ulee Kareeng. Tapi, tempat favorit saya adalah Chek Yuke karena dulu letaknya di seberang mesjid raya sehingga mudah dijangkau. Teman saya bilang, chek yuke sekarang pindah tempat dan jauh lebih besar.

Akhirnya saya mengunjungi Chek Yuke juga. 3 kali malah dalam 2 minggu untuk bertemu orang yang berbeda-beda. tempat chek yuke yang lama itu hanya ruko yang agak sempit. Tetapi di tempat yang baru yang letaknya di seberang sungai, saya agak kaget juga. Tempatnya besar, terdiri dari 3 ruko 3 lantai yang digabungkan. Meski hanya lantai pertama yang digunakan, tetapi luasnya dapat menampung ratusan orang. Kabarnya sih omzetnya miliaran per bulan.
Teman-teman saya yang juga dulu pernah kerja di Aceh, mewanti-wanti untuk memesan kopi special di Chek yuke. Kopi ini disebut special karena mengandung tambahan vitamin G (guess what?). Gak ada yang tau berapa komposisi persisnya. Ada yang bilang 70% kopi, 30% vitaminnya. Tapi ada yang bilang juga kalau 10% vitamin dalam kopi saja cukup bikin orang kliyeng2. harga per kilo kopi bubuk special bervitamin G ini sekitar 80rb, tetapi bukan ready stock. Kita harus pesan 2-3 hari sebelumnya karena mereka perlu mengolah dulu kopi tersebut. Selain di Chek Yuke, sepertinya banyak juga warung kopi lain yang meneydiakan kopi special.
Saya sendiri bukan peminum kopi, apalagi kopi aceh yang kenceng banget. Setengah cangkir kopi Aceh bisa membuat perut saya mulas atau mual. Kopi bervitamin G selalu saya beli untuk oleh-oleh saja. Berdasarkan orang-orang yang pernah meminumnya, efek yang dirasakan berbeda-beda. Ibu saya pusing kliyeng-kliyeng dengan sukses setelah minum kopi itu, sehingga saya diminta untuk tidak pernah lagi mengoleh-olehi beliau dengan kopi special. Ada juga yang ngantuk terus, atau bahkan tidak bisa tidur selama 2 hari. Tapi tetep saja kopi Aceh bikin ketagihan. Total saya dan teman saya memesan kopi bubuk special sebanyak 10kg saja!

Saya memperhatikan, tenryata warung kopi di aceh seperti chek yuke tidak hanya menjadi tempat nongkrong santai, tapi juga serius. banyak aktifis lsm, staff international ngos, atau bahkan parpol yang nongkrong di warung kopi. Kata rekan saya yang orang Aceh, ada warung kopi di daerah tertentu yang dijadikan tempat deal bisnis pedagang sapi. Budaya Starbucks versi Aceh sepertinya....Yang juga menarik adalah, saat ini sudah mulai terlihat perempuan Aceh yang nongkrong di warung kopi. Setidaknya, dari sekitar 100 pengunjung Chek yuke malam itu, ada sekitar 6-7 perempuan. 2 tahun yang lalu, perempuan yang biasa nongrong di chek yuke gak jauh dari anggota geng tempat saya kerja, yang bukan orang Aceh.

Beruntung di salah satu kunjungan kami di Chek Yuke, rekan kami mengenal Chek Yuke dengan baik. Dia kenal Chek Yuke sejak Chek Yuke berumur belasan tahun dan masih menjadi penjaga warung kopi milik orang lain. Chek dari dulu di kenal sebagai orang yang ramah dan sangat memperhatikan pelanggan. Malam itu chek Yuke duduk di meja kami dan bercerita. Ternyata nama chek yuke itu ada sejarahnya. Dulu warung tempat dia bekerja di Ulee KAreeng itu adalah tempat nongkrong penyiar2 radio Banda Aceh. Biar gaul, singkatan Ulee Kareeng (UK) dibaca jadi Yu Ke. Chek bercerita dengan bangganya waktu dia diundang untuk membuka stand di JCC Jakarta ketika ada acara celebration of humanitarian day, perkembangan bisnisnya dia dan bahwa sekarang cicilan ruko saja mencapai 80juta/bulan. Saya tambah shock, ketika warkop mau tutup dan chek mau pulang, ternyata mobilnya mercedez 2 pintu! Wow!

Tidak ada komentar: