Senin, 16 Maret 2009

trip review aceh part 3: aceh besar dan pantai di sekitarnya

Di hari Sabtu, untuk urusan pekerjaan saya dan rekan saya mengelilingi Aceh Besar. Rute pertama kami adalah ke Arah Jantho, ibu kota Kabupaten Aceh Besar yang berjarak 1 jam perjalanan dari Banda Aceh. Perjalanan menuju Jantho cukup menyenangkan, karena kami bisa melihat sawah dan perbukitan di kiri-kanan jalan. Tapi saya agak bingung juga, untuk ukuran sebuah kota, dan pusat pemerintahan, Jantho teramat sangat sepi bahkan di hari Sabtu itu nyaris seperti tanpa ada penduduk. Mungkin penduduknya berlibur ke Banda Aceh? atau karena letaknya dekat mereka yang bekerja di Jantho justru tinggal di Banda Aceh? hm... letak jantho agak di dataran tinggi sehingga berbukit dan berlembah dengan sapi-sapi berkeliaran dengan bebas di pinggir jalan.

Ketika kami melewati sebuah plang bertuliskan RM Adem Ayem di Jantho, driver yang kami sewa bilang bahwa itu adalah rumah makan terkenal dimana orang dari Banda Aceh sengaja datang kesana. Akhirnya kami memutskan untuk makan siang disana. Sebetulnya saya dan teman saya agak bingung juga. Untuk tempat yang terkenal, RM Adem Ayem seperti tidak terurus. saung-saungnya kotor dengan kucing hilir mudik siap menyantap semua tulang sisa, dan tempatnya biasa banget meski ada mobil mewah terparkir disitu. kami lebih tercengang lagi ketika mau memesan makanan. Menu makanan tenryata ditulis tangan di atas notes. Kata driver kami, Adem Ayem terkenal dengan ikan air tawarnya. Tapi ketika kami mau memesan, yang tersisa hanya ikan mas, dan kami tidak ada yang suka. Akhirnya kami memesan 3 ayam bakar dengan nasi, dengan rasa yang biasa banget, tempat yang kumuh dan total harga adalah 80rb. Percobaan yang gagal....

Dari Jantho yang berada di sisi timur Banda Aceh, kami menuju ke arah pantai Lhoknga di sisi baratnya. Untuk mencapai kesana, kami harus kembali melintasi kembali kota Banda Aceh. Dulu, saya selalu seram ketika akan pergi ke pantai Lhoknga karena jembatannya masih jembatan sementara. sementara, kendaraan yang melintas itu adalah kendaraan-kendaraan besar yang berat sehingga saya takut suatu saat jembatan rubuh. Ternyata sekarang jembatan sudah diperbaiki menjadi sangat bagus. DAerah Lhoknga adalah salah satu daerah yang paling parah kena tsunami. Bahkan, PT Semen Andalas (PT SAI) yang terletak tepat di pinggir pantai dulu sempat rusak total. saat ini, pabrik semen sudah mulai beroperasi kembali. dulu banyak orang yang berenang di pantai Lhoknga. Tapi, karena belakangan ini banyak orang yang terseret arus, masyarakat dilarang berenang disana sehingga pantai lhoknga menjadi agak sepi.

Dulu pantai favorit saya adalah Lampuuk, tidak jauh dari lhoknga. Untuk mengenang masa lalu, kami meminta driver mengantarkan kami kesana. Betapa kagetnya saya karena pantai lampuuk berubah total. Dulu, pantai itu sangat sepi dan enak sekali buat melamun. saingan kami dalam berleha-leha di pantai adalah sapi-sapi yang membuang kotoran dimana saja. TErnyata sekarang di sepanjang pantai itu ada warung-warung penjual ikan bakar, wahana banana boat dan kerumunan manusia yang tetap bersaing juga sama kotoran sapi. Saya kecewa sekali, karena meskipun secara pemberdayaan ekonomi memang baik, tapi pantainya jadi kotor. Rusak sudah pantai kenangan saya disana.

Tapi akrena pantai lampuuk itu panjang, ujung pantai lampuuk itu masih sepi. Di dekat situ dulu ada hutan kecil yang bisa ditempuh dnegan berjalan kaki dan tembus di pantai balik bukit yang lebih secluded. KArena keterbatasan waktu, sayang sekali saya gak bisa berkunjung ke tempat itu. Selain itu, di jalan antara lhoknga banda aceh, di sepanjang sisi kanan jalan dari arah lhoknga, sekarang banyak terdapat deretan penjual oleh-oleh. Di kios tersebut, kita bisa membeli aneka macam cemilan khas Aceh. Saya waktu itu membeli kacang hijau goreng yang renyah, manisan pala dan lumpia goreng isi abon dengan harga terjangkau.

Tidak ada komentar: