Rabu, 06 Agustus 2008

review Anatolia






















Menghabiskan minggu malam dengan makanan eksotis adalah cara yang mengasyikan untuk mengakhiri weekend yang digunakan untuk bekerja. >Oleh karena itu saya dan seorang teman memutuskan untuk pergi ke Anatolia, restoran yang menyajikan masakan Turki di Jl Kemang Raya No 110. Dari luar, bangunan restoran tersebut seperti sedang direnovasi, sehingga kami ragu apakah restoran tersebut buka atau tidak. Tetapi begitu taksi yang kami naiki berhenti, seorang pelayan langsung membukakan pintu taksi dan pintu restoran.

Begitu masuk ke dalam ruangan, suasana temaram sangat terasa. Dekorasi ruangan didominasi cat biru untuk dinding dan warna merah untuk lampu. Ruangan terbagi dua, smoking dan non smoking yang biasa digunakan untuk menghisap sheesa. Ruangan merokok yang berada di belakang didominasi sofa dan > meja pendek, yang kurang nyaman apabila digunakan untuk makan. akhirnya kami memilih ruangan bagi yang tidak merokok yang menggunakan kursi dan meja makan. Di ruangan itu juga ada semacam meja bar tempat pelayan yang menggunakan baju turki berkumpul. Kami duduk tepat di depan dapur sehingga bisa sedikit mengintip dapur dan ovennya.

Kami memesan 1 Etli Hummus yang terdiri dari hummus, irisan daging domba, dan roti lavas yang dipanggang dalam oven kayu (Rp.62.500) , 1 Durme Chicken (bisa pilih apakah mau ayam atau domba) yang terdiri dari irisan daging ayam , dilumuri keju cheddar dan dimasukkan ke dalam gulungan dadar disajikan dengan saus asam manis kental berwarna merah (90.000), 1 Tas Kebab yang terdiri dari daging domba, wortel, kentang, minyak zaitun yang dimasak dalam kuah kari kental serta disajikan dengan pilihan roti atau nasi , dan kami memilih nasi yang dimasak dengan minyak zaitun dan kacang polong (68.000) . Untuk minumnya kami memesan 1 ice lemon tea (18.500), 1 mint tea (11.500) dan 2 botol aqua (28.000). Ditambah pajak 10% dan service charge 11%, total kerusakan adalah Rp. 336.985,00

Makanan yang pertama kali disajikan adalah hummus. Hummusnya enak sekali, agak-agak asam. Irisan daging dombanya lembut meski rotinya agak keras. Ketika Durme chicken datang, saya terkejut dengan ukuran piringnya yang sangat besar dan sausnya yang sangat melimpah meski porsi makanannya sendiri tidak terlalu besar. Seukuran lumpia basah lah. Kurang membuat saya kenyang. Saya bisa merasakan susu yang digunakan dalam adonan dadarnya, dan dadarnya sangat lembut. Tapi secara keseluruhan, rasanya seperti lasagna isi daging ayam. The best menu malam itu buat kami adalah Tas Kebab. Di dalam kuahnya kami bisa menemukan irisan cabe hijau dan cabe merah. Rasanya spicy, kuahnya kental dan dagingnya lembut sekali, pas disajikan dengan nasi yang digoreng dengan minyak zaitun.

Ketika saya memesan mint tea, saya membayangkan bahwa yang akan disajikan adalah teh dalam porsi secangkir teh ukuran normal. Ternyata saya salah, karena yang datang adalah 1 sloki teh mint. Literally, ukurannya memang sangat kecil sehingga saya tertawa sendiri. Rasanya agak pahit dan mintnya sangat terasa. Saking terasanya, saya seperti menelan air teh yang dicampur pasta gigi, dan segarnya memang seperti pasta gigi.

Yang sedikit aneh dari Anatolia adalah dekorasi menuju kamar mandi. Kamar mandi itu terletak di sebuah lorong. Lorong tersebut didominasi warna biru, dan hanya ada 1 lampu sorot di wastafel. Sisanya penerangan mengandalkan lilin-lilin kecil berwarna merah dan biru sepanjang lorong yang menimbulkan suasana aneh. Teman saya mengistilahkannya seperti masuk ke istana drakula, ditambah lagi cermin-cermin besar yang digunakan di wastafel. Saya menggunakan istilah -tidak friendly sama orang takut gelap

Secara umum Anatolia sangat memuaskan hasrat kuliner kami. Harga yang kami bayar, sebanding dengan sensasi rasa yang kami dapatkan. Sayang kami tidak datang pada sabtu malam karena tenryata setiap sabtu malam ada sajian tari perut.

Tidak ada komentar: