Rabu, 06 Agustus 2008

Review Blind: Ketika Makan Dalam Gelap dan Gulita

Setelah puas terbahak-bahak menonton kungfu panda di ciwalk Bandung pada sabtu sore, saya dan teman saya ingin mencari minuman segar. Setelah mengelilingi foodcourt ciwalk dan tidak ada yang menarik, kami akhirnya pergi ke luar.Siangnya saya memang sudah tertarik pada sebuah restoran bernama blind karena mereka sepertinya menawarkan sesuatu yang tidak biasa yang intinya menawarkan makan dalam kegelapan. Sayang sekali saya lupa tag line mereka apa. Setelah sedikit membujuk-bujuk teman saya, akhirnya dia mau juga mencoba tempat tersebut.

Ruangan restoran ini terdiri dari dua lantai. Awalnya saya bertanya-tanya dimana ruangan gelap berada, karena ruangan bawah itu terbuka ke arah salah satu jalandi dalam ciwalk, dan hanya ada beberapa meja saja. Ternyata, pemesanan dilakukandi kasir, dan kami membayar di muka. Karena siangnya sudah makan cukup berat,kami hanya memesan 1 gelas lemon juice seharga 12.000 dan 1 mix smoothiesse harga 17.500. Pelayan akhirnya memberi tahu, bahwa ruang gelap itu berada dilantai dua dan kami akan diantar oleh seorang pemandu tuna netra. Selain itu,kami dipersilakan untuk menyimpan barang-barang yang bisa mengeluarkan cahayaseperti handphone ke dalam loker, yang kuncinya bisa kami bawa. Kasir kemudian memanggil guide yang akan membantu kami.

Di balik tirai yang adadi lantai pertama, ternyata ada tangga ke lantai dua dan itu sangat gelap.Pemandu tuna netra kami akhirnya datang, dan menjelaskan konsep restoran tersebut. Intinya, restoran tersebut ingin agar pengunjungnya bisa merasakan sensasi bersantap dengan cara yang baru. Pemandu sempat bertanya apakah ada yang ingin ditanyakan tentang konsep mereka, dan kami menggeleng. Dia akhirnya meminta teman saya untuk memegang bahu dia, dan saya memegang bahu teman saya.Mungkin sempat ada yang melihat cara tuna netra berjalan beriringan dengan berpegang pada bahu mereka? Ya kurang lebih seperti itulah.

Sebetulnya saya sangat khawatir karena ruangan gelap total tanpa cahaya sama sekali, dan saya menaiki satu demi satu anak tangga dengan sangat berhati-hati. pemandu tersebut sangat membantu bahkan memberitahu bahwa kami telah sampai pada anak tangga terakhir dan mengantarkan kami ke meja.Pertama dia menunjukkan tempat duduk teman saya, dan tadinya saya mencoba meraba tempat duduk di depannya karena saya terbiasa makan berhadapan dengan orang. Cuma pemandu tersebut mempersilakan saya duduk di sebelah teman saya.Saya pun berpikir, ya sama juga toh, soalnya kan gelap. Saya gak bisa natap mukat eman saya juga.

Sebagai seorang penakut yang tidur dengan lampu menyala dan menggunakan 4 lilin di kamar tidur jika lampu padam, saya berusaha mengajak teman saya berbicara untuk memastikan dia ada di samping saya, memegang mukanya untuk memastikan wajahnya masih di sana, dan mencoba menghilangkan bayangan kalau di depan saya itu tiba-tiba bakal muncul makhluk mengerikan seperti di film horor. Saat itu adalah saat dimana saya merasa berpisah snagat lama dengan handphone saya yang setidaknya bisa mengeluarkan cahaya karena ruangan gelap gulita total. Saya mencoba memejamkan dan membuka mata beberapa kali, dan tidak ada bedanya sama sekali. Lagu yang diputar pun membuat saya agak terkantuk-kantuk.

Akhirnya minuman yang kami pesan datang juga. Rasa lemon juicenya standar, dan mixsmoothiesnya segar. Cuma, akhirnya saya merasa tertantang, dan menantang teman saya. Kami sudah berada di suatu tempat dimana makan akan sangat menyulitkan karena gelap total. Masa sih, kami tidak akan mencoba tantangan tersebut. Setelah berdiskusi dalam gelap, kami berpikir bahwa steak mungkin akan sulit dimakan dalam gelap karena membutuhkan pisau dan garpu, dan memikirkan resiko teriris segala macam. Akhirnya kami memanggil pelayan untuk memesan steak. Ternyata,apabila kita memesan steak di Blind, mereka telah memotong-motong steaknya, dan disajikan tidak di atas hot plate. Gelas yang digunakan pun plastik karena sebelumnya banyak minuman tumpah atau pecah (informasi yang didapatkan denganmenguping pembicaraan meja belakang dengan pelayan). Akhirnya kami bertanya kepada pelayan, kira-kira masakan apa yang paling sulit untuk dimakan dalam gelap dan mereka menyarankan sop buntut. Akhirnya kami pun memesan seporsi sop buntut bakar yang tidak pedas seharga 27.500.

Selama menunggu psanan datang, saya mencoba menerka bentuk ruangan seperti apa.Saya mencoba mengukur panjang dan lebar meja dengan lengan saya. Panjang meja itu sekitar 60 cm, dan lebar sekitar bentangan kedua tangan saya yang kuranglebih 100-120 cm. Kami duduk di sebuah sofa yang berhadapan. Saya mencoba mengetuk dinding di sebelah kanan, dan kemungkinan terbuat dari kayu atau triplek. Bagaimana bentuk, dekorasi dan suasana ruangan? Only God knows (eh,ditambah pelayan dan owner mungkin). Pendengaran saya mengatakan bahwa dibelakang meja kami ada beberapa orang tamu perempuan yang mencoba berbincang juga dengan pelayan. DAri hasil menguping, saya tahu bahwa di situ ada 9 meja,yang satu mejanya bisa menampung sekitar 4 orang. Ternyata, selain pemandu tuna netra, Blind pun mempunyai satu orang pelayan lagi yang menggunakan night vision infra merah. Mereka selalu siap sedia di dekat kita, karena kami bisa melihat titik merah di pojok ruangan. Apabila kitamembutuhkan kertas tissue, atau minta tambah saos sambal, kami hanya tinggal teriak aja "Mas, minta....." dan mereka akan segera datang, termasuk untuk menuangkan saos sambalnya.

Akhirnya sop buntut yang ditunggu datang juga. Pelayan menjelaskan kepada teman saya, dimana letak nasi, buntut, dan mangkok berisi kuah sop. Dia juga mengatakan bahwa di atas nasi ada empingnya, dan memberikan sendok serta garpu ke tangan teman saya. Teman saya langsung tertawa sendiri ketika pelayannya pergi, karena dia tidak dapat menemukan nasinya, dan sukses menjatuhkan sendok pada menit pertama. Setelah dia sukses menemukan nasi, dia mencoba mencari dimana buntutnya. Setelah buntutnya ketemu, tantangan berikutnya adalah menusukkan garpu pada buntut, dan mencoba memotongnya. teman saya membutuhkan waktu yang agak lama. Ya iyalah, orang motong buntut terang benderang aja alot,apalagi pas gelap.

Karena kami hanya memesan satu porsi, kesulitan berikutnya adalah bagaimana menggeser piring ke arah saya sehingga saya bisa mencicipi. Sepertinya sih nasi,buntut dan mangkok kuah diletakkan di atas nampan sehingga mudah menggesernya.Yang perlu teman saya lakukan adalah mencari tangan kiri saya untuk memberikan garpu, dan tangan kanan saya untuk memberikan sendok. Saya mengalami kesulitans erupa karena berapa kali suapan nasi saya kosong, dan buntut yang saya tusuk loncat. Akhirnya setelah meraba-raba, saya menemukan buntutnya dan memutuskanuntuk makan dengan tangan. Sebelumnya teman saya bilang kalo tulang buntut yangtelah dia makan dia simpan di pojok kiri nampan, yang mana saya gak bisa temukan karena gak keliatan apa-apa. Kami akhirnya tertawa terbahak-bahak karena untuk pertama kalinya kami merasa makan sop buntut dalam gelap itu kacau sekali,apalagi harus geser2 nampan dan serah-menyerah sendok garpu karena hanya pesan 1porsi. Perkiraan kami berdua menyatakan bahwa ada 2 potong buntut dalam 1 porsi. Seandainya lebih,berarti gagal kami temukan. Rasa sop buntutnya tasty, agak manis dan kuahnya gurih. Jadi kalau buntutnya habis, makan nasi dengan kuah yang ada potongan sayurannya pun masih lumayan enak.

Ketika saya mencoba memakan empingnya,ternyata ada sambal hijau lumayan pedas di atas itu. Setelah menyerah karena tidak menemukan buntut lainnya, kami memanggil pelayan untuk menuntun kami kejalan yang terang. Pemandu kami mengantarkan hingga ke ujung tangga atas, karena cahaya dari bawah cukup untuk menerangi langkah kami. Di bawah kasir bertanya mengenai pengalaman kami, dan juga apakah kami menemukan kejutan sambal hijau di atas emping. Ooooo tenryata sambal hijaunya itu kejutan.... Total kerusakan makan di Blind Cihampelas Walk Bandung termasuk service dan tax adalah 64.410.

Pengalaman makan di Blind buat saya adalah pengalaman makan yang sangat menarik dan sulit dilupakan. Cuma, kunjungan tersebut diakhiri dengan sebuah rasa syukur dan renungan: buat saya, makan dalam kegelapan adalah tantangan dan petualangan. Buat sebagian orang, mereka memang tidak punya pilihan.

Tidak ada komentar: