Jumat, 19 Juni 2009

lebak jero

Stasiun Lebak Jerok

Beberapa bulan yang lalu, kakak saya yang sedang hunting foto kereta api mengajak saya untuk ikut. Tadinya ada dua pilihan spot, yang pertama adalah stasiun lebak jero nagreg, dan yang kedua adalah jembatan kereta di dekat tol cipularang. Akhirnya diputuskan bahwa kami akan pergi ke lebak jero saja, karena aksesnya lebih mudah. Kami pergi dari Bandung sekitar pukul 6.30 pagi dan pagi itu cuaca bandung sedang agak berkabut. Wah saya senang sekali, bandung di pagi hari yang berkabut menurut saya sangat indah. Kabut terus menyelimuti perjalan kami sampai menjelang to cileunyi, dan kami bisa melihat matahari pagi yang canti. sayangnya, matahari pagi tersebut tidak bisa kami foto karena tidak bisa berhenti sembarangan di jalan tol.Rombongan terdiri dari saya, kakak saya, istrinya dan seorang keponakan. Kami pergi lengkap dengan aneka macam snack.


Tidak sampai 1 jam, kami sudah tiba di daerah nagreg dan sempat bertanya-tanya juga sih dimana letak stasiun lebak jeronya. Ternyata kalo dari arah bandung, ada di sebelah kanan jalan dengan plang yang kecil. katanya sih sekarang sudah diperbesar. Pertama kami memasuki daerah perkampungan, dan bertanya dimana stasiunnya. Seorang penduduk menyarankan untuk menggunakan mobil naik ke atas karena jauh. Semakin lama, jalan semakin sempit, semakin tidak ada rumah dan hanya ada deretan kebun jagung saja. Yah nyasar deh.... untung ada petani lewat, dan kami muter. Turun lagi ke bawah, dan akhirnya berenti di depan sebuah warung. Setelah bertanya lagi, kami ditunjukkan jalan menuju ke stasiun lebak jero. Pantesan gak ketemu, orang jalan menuju ke stasiun itu bentuknya cuma gang kecil. Saya sampe bingung kenapa stasiun ini beken.


Baiklah, kami ikuti gang kecil itu, dan ternyata jalannya mendaki dan harus melewati anak tangga. Duh, stasiun apaan sih ni.... Ternyata, di anak tangga terakhir terbebas dari gang sempit, kami langsung melihat pemandangan yang sangat indah. Stasiun lebak jero terletak di kaki gunung, menghadap lembah di sekitarnya. DAri jauh, kami masih bisa melihat sisa-sisa kabut di pagi hari. Begitu sampai, kami langsung laporan ke kepala stasiun yang sangat ramah dan membantu. Beliau menyebutkan bahwa antara jam 8-10, ada 3 kereta api yang lewat dari arah bandung menuju jawa. Beliau bahkan memberitahu bahwa hari sebelumnya ada serombongan pecinta kereta api yang sengaja menginap di rumah penduduk untuk mendapatkan moment kereta yang melintas di pagi hari. Waduh, niat bener...


Saya dan kakak saya berpencar, mencari spot yang berbeda. Saya ke jembatan kereta, sedangkan kakak saya ke arah sebaliknya. Sepertinya daerah di sekitar stasiun lebak jero ini adalah daerah penghasil jagung karena dimana-mana saya melihat kebun jagung, orang mengangkut jagung, pokoknya jagung banget deh. KEtika melewati jembatan kereta, saya kagum sama penduduk setempat yang sambil bawa keranjang jagung bermuatan penuh, bisa dengan lancar dan cuek aja ngelewatin jembatan rel kereta. Padahal di bawah rel kereta kan bolong-bolong dan lembah. Akhirnya saya mendapatkan spot yang saya inginkan dekat jembatan kereta dengan meminta izin dulu sama si yang punya tanah yang kebetulan lagi ada disitu. Tunggu punya tunggu, akhirnya datanglah kereta pertama yang dinantikan. wuzzzzzzz. berdiri dekat kereta yang melintas walauun di pinggir bikin deg-degan juga.


Setelah kereta pertama lewat, saya kembali ke stasiun keretanya untuk menunggu kereta berikutnya datang. Biar beda spot lah.... tidak lama, kereta yang dinantikan pun tiba. Si kepala stasiun malah berbaik hati memberi tahu spot yang lebih bagus lagi. Katanya, kami harus pergi ke lapangan bola dan tenyata lapangan bolanya ada di bukit kecil gitu. yah... mendaki lagi deh. Sebetulnya pemandangan di sekitar lapangan bola sangat menyenangkan. anak-anak bermain, ibu-ibu tua membawa kerangjang, ayam dan anjing yang melintas, gunung, lembah, semua ada deh. Tidak berapa lami kami tiba di lapangan bola yang dimaksud. kami harus melewati kebun jagung, semak-semak, tanah merah yang masih basah (nah ini baru niat ngefotonya). Setelah keceng sana keceng sini, saya gak gitu suka anglenya. udah dipinjemin lensa tele punya kakak saya juga tetep gak suka (atau emang gak bisa make, jurus pure amatir mode on, hehehe). Jadilah kakak saya nongkrong di kebun jagung di atasnya lapangan bola. duh beneran perjuangan itu naeknya, soalnya licin. Saya turun agak ke bawah, hampir dekat dengan rel kereta.


Kereta yang ditunggu agak lama baru datang. Saya sempet bosen dan ngantuk juga. Gatel, dikerubutin nyamuk, dan harus duduk beralas tanah. Kakak ipar dan keponakan saya sih nunggu di stasiun. Beberapa anak kecil yang lewat menatap dengan bingung. Akhirnya kereta lewat juga, hore!!!! Setelah pamitan dengan kepala stasiun, kami menuruni bukit tersebut dan pergi ke warung terdekat untuk beli minum. eh, tenryata banyak jajanan lucu nih, termasuk kacang sukro murah meriah 100 rupiah yang rasanya cikur banget. pas kami kembali ke tempat mobil diparkir, Waduh.... tenryata petualangan belum selesai. Karena lagi musim panen jagung, di sepanjang jalan itu orang-orang menjemur butiran jagung mereka. jadi jalannya dialasin karpet jagung gitu. Jadi gimana lewatnya dong? Untungnya, seeprtinya sih si jagung-jagung itu akan diolah untuk pakan ternak dan memang harus dihancurkan. Jadi penduduknya gak keberatan kalo bentangan karpet jagung mereka dilindes ban mobil. ya cuma harus berpunten-punten ria aja sepanjang jalan. hari yang menyenangkan ^_^

Tidak ada komentar: